Minggu, 17 Maret 2013

Semiotika: Ikon dan Ikonisitas Pierce


Semiotika merupakan bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang (Sobur, 2004:11). Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya sehingga banyak hal yang dapat dikomunikasikan. Bahasa, dalam perspektif semiotika, hanyalah salah satu sistem tanda-tanda (Budiman, 2005:37).
Charles Sanders Pierce merupakan seorang filsuf dan ahli logika, Amerika. Dia berkehendak untuk menyelidiki apa dan bagaimana proses bernalar manusia. Teori tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar ini sehingga tidak mengherankan jika semiotika tidak lain merupakan sinonim bagi logika (Budiman, 2005: 34). Pierce dalam semiotika, mengemukakan teori semiosis adalah proses menanda (Budiman, 2005:11). Maka, teori semiosis berupa semiosis triadik Pierce digunakan dalam menganalisis suatu tanda.
Bagi Pierce, ikon termasuk dalam tipologi tanda pada trikotomi kedua. Ikon merupakan sebutan bagi tanda yang non-arbitrer (bermotivasi). Menurut Pierce, Ikon adalah hubungan antara tanda dan objeknya atau acuan yang bersifat kemiripan (Sobur, 2004:41). Dia menyatakan bahwa ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan/similaritas dengan objeknya (Budiman, 2005:45). Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan (Nurgiyantoro, 1995:45).
Ikonisitas merupakan salah satu gejala yang tidak kurang penting di dalam semiotika. Padahal, berbagai tanda ikonis berserakan di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: gambar wajah Dian Sastro tersenyum manja dengan bibir merah basah merekah sedikit terbuka dalam bungkus sabun, wajah Hitler pada kaos kita, atau gambar group band Peterpan dalam poster (ketiganya adalah ikon Images). Betapa terpolusinya kehidupan kita dengan tanda ikonis, tetapi kadang tidak terpikirkan.
Di dalam bahasa, kita menemukan kata onomatope sebagai tanda ikonis, misalnya kata ku ku ru yuk yang mengacu pada objek suara yang diacunya, yaitu Ayam Jago. Selain itu, kata dangdut yang juga mengacu pada objek suara yang diacunya.
Menurut Pierce, suatu tanda, atau representamen, merupakan sesuatu yang menggantikan sesuatu bagi seseorang dalam beberapa hal atau kapasitas. Ia tertuju kepada seseorang, artinya di dalam benak orang itu tercipta suatu tanda lain yang ekuivalen, atau mungkin suatu tanda yang lebih terkembang. Tanda yang tercipta itu saya sebut sebagai interpretan dari tanda yang pertama. Tanda yang menggantikan sesuatu, yaitu objeknya, tidak dalam segala hal, melainkan dalam rujukannya pada sejumput gagasan, yang kadang saya sebut sebagai latar dari representamen (Budiman, 2005:49).
Bagi Pierce, ikon adalah tanda yang didasarkan atas “keserupaan” atau “kemiripan” (“resemblance”) di antara representamen dan objeknya, entah objek tersebut betul-betul eksis atau tidak. Akan tetapi, sesungguhnya ikon tidak semata-mata mencakup citra-citra realistis seperti lukisan, foto saja, melainkan juga ekspresi-ekspresi semacam grafik-grafik, skema-skema, peta geografis, persamaan-persamaan matematis, bahkan metafora (Budiman, 2005:56).
Pierce mencirikan ikon sebagai “suatu tanda yang menggantikan (stands for) sesuatu semata-mata karena ia mirip dengannya”, sebagai suatu tanda yang “mengambil bagian dalam karakter-karakter objek”; atau sebagai suatu tanda yang “kualitasnya mencerminkan objeknya, membangkitkan sensasi-sensasi analog di dalam benak lantaran kemiripannya.” (Budiman, 2005:62).
Ikon tidak hanya berupa tanda-tanda yang terdapat di dalam komunikasi visual, melainkan juga dalam hampir semua bidang semiotis, termasuk di dalam bahasa (Budiman, 2005:62). Pada makalah ini akan dibahas ikon dalam Metafora. Ikon tidak selalu berdasarkan pada kemiripan seperti dalam pemahaman “awam” sehari-hari, melainkan juga similaritas dalam pengertian sebagai relasi abstrak ataupun homologi struktural (Budiman, 2005:62). Relasi abstrak bisa berupa kemiripan sifat.
Ikon adalah tanda yang didasarkan pada kemiripan di antara tanda (representamen) dan objeknya, walaupun tidak semata-mata bertumpu pada pencitraan “naturalistik” seperti apa adanya, karena grafik skema, atau peta juga termasuk yang dapat dikatakan ikon (Budiman. 2005:23). Jenis tanda yang didasari resemblance itu adalah tanda ikonis, dan gejalanya dapat disebut sebagai ikonisitas (Budiman, 2005:43).
Pierce ternyata memilah-milah tipe-tipe ikon secara tripatit, yaitu ikon image, ikon diagram, dan ikon metaforis. Ikon metafora (metaphor) merupakan suatu meta-tanda (metasign) yang ikonisitasnya berdasarkan pada kemiripan atau similaritas di antara objek-objek dari dua tanda simbolis (Budiman, 2005:66). Metafora adalah ikon yang didasarkan atas similaritas di antara objek-objek dari dua tanda simbolis (Budiman, 2005:74). Biasanya berupa hubungan similaritas relasi abstrak seperti kemiripan sifat.
Contoh Ikon Metafora:
Metafora “Kaki Gunung” dapat dihasilkan dengan mempersamakan objek yang berupa gunung dengan objek lain yang berupa tubuh manusia (atau hewan) yang memiliki kaki. Kemiripannya, sama-sama berada di bawah dan berfungsi untuk menopang tubuh atau gunung.
Daftar Pustaka

  1. Budiman, Kris. 2005. Ikonisitas: Semiotika Sastra Dan Seni Visual. Yogyakarta: Buku Baik.

  2. Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosda.

1 komentar:

  1. Gambling on poker and casino - DRMCD
    There are a lot of casinos around the globe that 화성 출장마사지 offer 강릉 출장샵 poker and casino games, but 부천 출장마사지 we all know 포천 출장샵 that you can play them. While 군산 출장샵 it's not quite as

    BalasHapus